Mak Gober. Begitulah sebutan bagi perempuan berusia 64 tahun ini. Setiap hari Jumat ia rajin mengingatkan para kaum lelaki di kampungnya untuk melaksanakan ibadah wajib Shalat Jumat.
Bukan dengan cara biasa, Mak Gober akan berjalan kaki menyusuri jalan dan mencari laki-laki yang masih berkeliaran menjelang Shalat Jumat.
Dengan jilbab syari’i, topi, dan tongkat kecil, Mak Gober akan senantiasa datang ke pusat-pusat keramaian, seperti pasar, pangkalan ojek, hingga pemukiman warga.
“Shalatlah sebelum dishalatkan” itulah yang memotivasi wanita bernama lengkap Dede Siti Hindun ini. Warga Plered dan Purwakarta tak asing lagi dengan tradisi yang telah ia lakukan sejak sepuluh tahun lalu.
“Hayo ka masjid, salat tong cicing wae, salat burukeun jumaahan (hayo cepat cepat ke masjid, jangan pada diam, cepetan Salat Jumat),” teriak Mak Gober saat menemukan pria yang belum bersiap ke masjid, dilansir dari merdeka.com.
Walau yang dilakukannya sangat mulia, Mak Gober telah menanggung berbagai resiko. Cacian dan makian telah biasa ia terima.
Bahkan dirinya harus rela diceraikan oleh sang suami. Menurut sang sumai apa yang dilakukan Mak Gober sudah keluar batas dan terlalu usil.
“Iya awalnya dulu dia sering dapat cacian dan makian, parahnya lagi sampai dicerai sama suaminya,” ucap Dedi, seorang supir angkot.
Walau demikian, Mak Gober tak gentar dan tetap melaksanakan aksinya. Kini berbagai dukungan datang untuknya, mulai dari warga hingga ustadz.
Bahkan Mak Gober sempat dihadiahkan umroh ke Tanah Suci pada tahun 2013.
Awalnya Mak Gober merasa resah melihat laki-laki hanya diam, berteduh di bawah pohon, atau sibuk bekerja di saat harusnya melaksanakan Shalat Jumat.
Wanita yang berprofesi sebagai penjual gas ini makin semangat mengingat wilayah Plered adalah daerah santri. Ditambah ia juga mendapat dukungan dari pemuka agama setempat.
“Iyah awalnya emak resah waktu liat laki-laki yang hanya diam di warung, ngumpul dan berteduh di bawah pohon, dan masih di jalan sampai masih bekerja. Padahal diwajibkan bagi pria untuk Salat Jumat. Wilayah Plered ini kan daerah santri, jadi malu kalau kelakuan warganya tidak nyantri,” ucap Mak Gober.
Dalam melakukan aksinya, Mak Gober tak sendiri, ia ditemani oleh temannya. Walau kemudian beberapa dianataranya tak sanggup menerima cibiran. Ia berharap akan ada generasi penerus yang akan melanjutkan aksinya.
“Dulu saya tidak sendiri, tapi saat ini hanya saya dan Mak Ani, teman saya, yang masih melakukan ini. Karena yang lain tidak kuat mentalnya untuk dicibir,” aku Mak Gober.
Mak Gober berpesan agar Umat Islam agar selalu menjalankan kewajibannya dengan ikhlas.
“Pesan saya titip semua umat Islam dapat menjalankan semua tentang kewajiban dan aturan yang berlaku dalam agama. Tentu dengan niat tulus tanpa ada maksud lain,” tambahnya.
Sumber: muslimahdaily.com