Pertanyaan:
Saya mau bertanya, bolehkah seseorang yang sedang shalat mengucapkan hamdalah ketika dia bersin ? Jazâkumullâhu khairan.
Saya mau bertanya, bolehkah seseorang yang sedang shalat mengucapkan hamdalah ketika dia bersin ? Jazâkumullâhu khairan.
Jawaban:
Semoga Allâh Azza wa Jalla membimbing Anda kepada ridha-Nya. Jika Anda bersin ketika sedang shalat, maka Anda boleh mengucapkan hamdalah. Bahkan itu adalah sunnah dalam shalat sebagaimana disunnahkan juga di luar shalat. Rifâ’ah bin Râfi’ az-Zuraqi Radhiyallahu anhu mengatakan:
Semoga Allâh Azza wa Jalla membimbing Anda kepada ridha-Nya. Jika Anda bersin ketika sedang shalat, maka Anda boleh mengucapkan hamdalah. Bahkan itu adalah sunnah dalam shalat sebagaimana disunnahkan juga di luar shalat. Rifâ’ah bin Râfi’ az-Zuraqi Radhiyallahu anhu mengatakan:
صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَطَسْتُ، فَقُلْتُ الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، فَلَمَّا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصَرَفَ فَقَالَ: مَنِ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلاَةِ ؟ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ، ثُمَّ قَالَهَا الثَّانِيَةَ: مَنِ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلاَةِ ؟ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ أَحَدٌ ، ثُمَّ قَالَهَا الثَّالِثَةَ: مَنِ الْمُتَكَلِّمُ فِي الصَّلاَةِ ؟ فَقَالَ رِفَاعَةُ بْنُ رَافِعٍ أَبِي عَفْرَاءَ رضي الله عنه : أَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: كَيْفَ قُلْتَ ؟ قَالَ: قُلْتُ الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدِ ابْتَدَرَهَا بِضْعَةٌ وَثَلاَثُوْنَ مَلَكًا أَيُّهُمْ يَصْعَدُ بِهَا
Saya telah shalat di belakang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan saya bersin, maka saya mengucapkan :
الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى
(Segala puji bagi Allâh , pujian yang banyak, baik dan diberkahi, sebagaimana dicintai dan diridhai-Nya). Maka ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau keluar dan bertanya, ‘Siapa yang berbicara dalam shalat?’
Tidak ada seorangpun menjawab. Untuk kali kedua, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Siapa yang berbicara dalam shalat ?’
Tidak ada seorangpun menjawab. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi untuk kali ketiga, ‘Siapa yang berbicara dalam shalat ?’
Kali ini saya menjawab, ‘Saya wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apa yang tadi kau ucapkan ?’ Saya menjawab :
الْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى
Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Demi Allâh yang jiwaku di tangan-Nya, lebih dari tigapuluhah malaikat berebut untuk membawanya ke atas’.” [HR. Abu Dawud no. 773, at-Tirmidzi no. 404 dan an-Nasa`i no. 931, dihukumi hasan oleh al-Albani]
Namun jika kita shalat berjamâ’ah, sebaiknya tidak mengucapkan hamdalah dengan keras, agar tidak dijawab dengan ‘yarhamukallah’ oleh orang lain.
Karena ucapan seperti ini membatalkan shalat. Mu’âwiyah bin al-Hakam as-Sulami Radhiyallahu anhu mengatakan:
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ ، فَقُلْتُ : يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ ، قَالَ : فَقُلْتُ : وَاثَكْلَ أُمَّاهُ مَا لَكُمْ تَنْظُرُونَ إليَّ فِي الصَّلاةِ فَضَرَبُوا بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ ، فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونَنِي لَكِنِّي سَكَتُّ ، فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَانِي فَبِأَبِي هُوَ وَأُمِّي مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ ، مَا سَبَّنِي ، وَلا نَهَرَنِي ، وَلا شَتَمَنِي ، قَالَ : إِنَّ هَذِهِ الصَّلاةَ لا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلامِ النَّاسِ ، إِنَّمَا هُوَ التَّكْبِيرُ وَالتَّسْبِيحُ ، وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالتَّحْمِيْدِ
Saya shalat bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu ada seseorang yang bersin, maka saya mengatakan ‘Yarhamukallâh’. Orang-orangpun memandang ke saya. Saya mengatakan, ‘Aduh, mengapa kalian memandang ke saya ?’ Merekapun memukulkan tangan mereka ke paha, maka saya paham bahwa mereka ingin saya diam, dan sayapun diam. Setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil saya. Sungguh, –ayah ibu saya adalah tebusan beliau- saya tidak pernah melihat guru yang lebih baik dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengajar. Beliau tidak mengumpat, tidak memaki atau tidak membentak. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Dalam shalat ini tidak boleh ada perbincangan manusia. Shalat adalah takbîr, tasbîh, membaca al-Qur`ân dan tahmîd’.” [HR. Muslim, no. 537]
Hamdalah dibolehkan karena berupa pujian untuk Allâh . Sedangkan yarhamukallâh dilarang karena merupakan perbincangan sesama manusia. Wallahu a’lam.
Sumber: almanhaj.or.id