Aku Lebih Senang Menjadi Orang yang Tidak Berarti dan Dilupakan


Aisyah binti Abu Bakar wafat pada tahun 57 H dalam usia 63 tahun. Aisyah ini merupakan istri Rasulullah SAW. Ia merupakan wanita yang sangat cerdas.
Menjelang wafatnya Aisyah ketika Aisyah sakit keras. Ibnu Abbas datang meminta izin untuk menjenguk Aisyah, sementara pada waktu itu di samping kepalanya ada ponakannya, Abdullah bin Abdurrahman. Maka disampaikan kepada Aisyah, “Di Luar ada Ibnu Abbas meminta izin untuk menengok.”
Aisyah menjawab, “Suruhlah ia pulang kembali. Aku tidak butuh dia ataupun nasihatnya.”
Abdullah menukas, “Bukankah Ibnu Abbas termasuk orang shalih dari keluarga besarmu. Ia hanya ingin mengucap salam padamu.”
Aisyah menimpali, “Jika itu maumu, persilahkan ia masuk!”
Ibnu Abbas pun masuk lalu duduk di samping Aisyah. Ibnu Abbas berkata, “Bergembiralah! Demi Allah, tidak ada lagi antara kau dan perpisahan dengan segala kelelahan dan pertemuan dengan Muhammad dan para kekasih, kecuali perpisahan ruhmu dengan jasadmu. Kau adalah istri yang paling dikasihi oleh Rasulullah, dan beliau tidak mencintai, kecuali yang baik-baik. Kalungmu terjatuh pada malam Abwa’, dan pagi harinya Rasulullah dan orang-orang tidak memiliki persediaan air lagi, maka Allah pun menurunkan:
… فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا …
“… maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci) …”(QS. An-Nisa: 43)
Berkat engkau Allah menurunkan keringanan kepada umat ini, kemudian Allah juga menurunkan klarifikasi kebersihanmu dari isu perselingkuhan langsung dari atas langit ke tujuh, sehingga tidak ada Masjid yang disebut nama Allah di dalamnya, kecuali klarifikasi kebersihanmu dibaca di dalamnya siang dan malam.
Aisyah menjawab, “Tinggalkan aku, wahai Ibnu Abbas. Demi Allah aku lebih senang berharap seandainya aku ini menjadi orang yang tidak berarti dan dilupakan.”
Tak lama Aisyah menghembuskan nafas terakhirnya. Betapa senangnya ia akan kembali bertemu dengan Rasulullah setelah puluhan tahun dia tak bertemu dengan suami tercintanya.