Seorang pria yang baru-baru ini terkenal karena dibayar untuk melakukan hubungan s*ks dengan anak-anak di bawah umur sebagai ritual adat ‘pembersihan’ akhirnya ditangkap polisi.
Tindakan tersebut diambil setelah sang pria tersebut terbukti menyebarkan HIV saat berhubungan se*s dengan 100 remaja perempuan desa.
Pria itu bernama Eric Aniva, warga Nsanje, Malawi selatan. Dia dibayar untuk hubungan s*ks tersebut sebagai bagian dari ritual adat atau tradisi untuk “pembersihan”.
Di daerah terpencil di Malawi itu adalah dianggap lumrah ketika anak-anak gadis berusia pubertas dipaksa berhubungan s*ks dengan seorang pria pekerja se*s yang disebut “hyena”.
Para tetua adat menganggap tindakan ini bukan pemerkosaan, melainkan sebagai bentuk ritual “pembersihan”.
Eric Aniva dalam sebuah wawancara dengan BBC mengaku telah tidur dengan gadis-gadis dan dibayar empat dan tujuh dollar AS oleh masing-masing keluarga gadis itu.
Di Nsanje ini, remaja perempuan setelah mendapatkan menstruasi pertama, mereka dipaksa berhubungan s*ks hingga tiga hari.
Tradisi aneh ini dilakukan masyarakat setempat untuk menandai peralihan dari masa anak-anak ke wanita dewasa.
Ritual ini diyakini untuk melatih anak-anak perempuan untuk menjadi istri yang baik dan untuk melindungi mereka dari penyakit atau musibah yang bisa menimpa keluarga mereka atau desa mereka.
“Aniva ditangkap pada Senin (25/7/2016), setelah ia dipanggil ke kantor saya,” kata komisaris polisi distrik setempat Hadiah Lapozo kepada Agence France-Presse (AFP), Selasa (26/7/2016).
Dalam wawancara dengan BBC minggu lalu, Aniva mengaku terinfeksi HIV dan tidur dengan setidaknya 100 perempuan tanpa menggunakan pengaman.
“Beberapa di antara gadis itu hanya berusia 12 atau 13 tahun, tapi saya lebih memilih mereka yang lebih tua,” kata Aniva.
“Semua anak perempuan ini senang jika saya menjadi hyena mereka. Mereka bangga dan menceritakan ke orang lain jika saya adalah lelaki sejati, dia tahu bagaimana menyenangkan seorang wanita.”
Tidak jelas sudah berapa lama sebenarnya Aniva menjadi “hyena”.
Presiden Malawi Peter Mutharika sebelumnya mengeluarkan perintah penangkapan Aniva dan menyerukan penyelidikan peran orangtua yang terlibat.
“Praktek-praktek budaya dan tradisional berbahaya seperti ini tidak dapat diterima,” kata Mutharika, sebagaimana dilaporkan AFP.
Sumber: intisari.grid.id